Semangat Keilmuan sebagai Ajaran Agama
Dalam surath 58;11
Allah Berfirman, “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu
adan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” Surat 6;50 menyatakan, “Apakah
sama orang yang buta dan orang yang melek? Apakah kamu berpikir? Tentu saja
tidak. Orang berilmu tentu tidak sama derajatnya dengan orang yang tidak
berilmu.
Selain ayath-ayath Qur’an
ada pula hadist-hadist Nabi yang jga sangat menekankan keilmuan, bahkan
mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Ia bersabda “Menuntut Ilmu itu
merupakan kewajiban yang dipikulkan kepada pundak setiap individu umat Islam,
baik laki-laki maupun perempuan.” Ini tentu saja merupakan suatu dorongan yang
sangat kuat bagi siapa saja, tidak memandang gender, pangkat, jabatan atau
situasi dan kondisi, selama ia Islam maka ia menangung kewajiban untuk dipenuhi
dalam mencari ilmu, sekali lagi tanpa terkecuali sama sekali.
Selain dari itu,
kewajiban Muslim maupun Muslimat dalam hal ini sepanjang jiwanya yang kekal
masih bersama jasadnya yang sementara di muka bumi ini, alias sepanjang
hayatnya, sehingga kewajiban menuntut ilmu jelasnya tidak terbatas oleh waktu,
Nbi bersabda, “Tuntutlah Ilmu dari buaian hingga liang lahat.” Jadi Islam
menginginkan pendidikan seumur hidup. Tidak pernah ada kata selesai atau
terlambat untuk menuntut ilmu, tidak ada batasan-batasan tertentu dalam
menuntut ilmu apalagi larangan-larangan yang tidak membolehkan seorang Muslim
ataupun Muslimat dalam menuntut ilmu, terkecuali memang sudah tidak bernyawa
lagi jasad yang disingahi sementara di muka bumi ini.
Selain dalam hal waktu,
ternyata menuntut ilmu juga tidak dibatasi dalam persoalan ruang. Nabi
memerintahkan umatnya “Untuk menuntut Ilmu, sekalipun di Negri Cina”. Hadist
ini sangat signifikan dilihat dari semangat pencarian ilmu, karena ia
menunjukan visi Nabi yang luas dan berkemajuan mengenai ilmu, betapa tidak. Menuntut
ilmu ke negri Cina pada masa itu, tidak mungkin menuntut ilmu agama Islam,
karena saat itu kita hampir yakin Ilmu keislaman belum lagi berkembang, jadi
dari sudut bidang tentulah yang dimaksud oleh Nabi adalah bidang-bidang
keilmuan umum, dan juga cukup signifikan untuk menyebut Cina karena bisa jadi
ia menyimbolkan batas Dunia. Jadi hadist tersebut menyiratkan untuk menuntut
ilmu ke mana saja di dunia ini, menuntut ilmu tidak memandang hal berbau agama
atau tidak, apalagi pada orangnya yang berbeda agama, ras, suku, bangsa ataupun
budaya dan hal keanekaragaman yang tak bisa disebutkan satu per satu. Dengan kata
lain kewajiban menuntut ilmu itu tidak terbatas oleh ruang maupun waktu.
Kalau kita bandingkan
dengan sikap bangsa ini ataupun pemikiran yang telah terteanam, maka visi Nabi
Muhammad ini ternyata jauh lebih berkemajuan. Ketika IAIN atau UIN mengirimkan
dosen-dosennya untuk menuntut ilmu ke
benua Amerika ataupun Eropa,
Banyak ulama yang mempertanyakan kebijakan DEPAG
dalam mengirimkan dosen-dosen tersebut. Adapula yang mencurigai dan menuduhkan
bahwa ini adalah agenda zionis untuk menghancurkan Islam dari dalam terutama
pada negri yang umat Islamnya terbesar di dunia ini atau bisa disebut
Indonesia. Padahal tentu menuntut ilmu di negri Cina tidak secara tekstual
berarti harus ke Cina dalam belajar namun penafsiran yang lebih baik, menuntut
ilmu tidak harus agama namun apa saja, tidak dibatasi oleh waktu alias kapan
saja, tidak di batasi oleh ruang alias di mana saja. Sungguh luar biasa visi
Nabi Muhammad dalam mencapai Islam yang berkemajuan.
Kewajiban menuntut ilmu
tidak dibatasi ruang dan waktu itu sangat logis. Mengingat ilmu Allah itu
begitu luas dan begitu dalam. Qur’an mengatakan. “Katakanlah, sekiranya samudra
itu tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Tuhanku, pastilah kering sebelum
kalimat-kalimat itu habis, sekalipun kami bawakan tinta sebanyak itu lagi
sebagai tambahan (18;18)
Selain sebagai
kewajiban, diberi pangkat dan martabat yang tinggi dihadapan Allah, menuntut
ilmu juga diberikan hadiah lain oleh Allah yang tak kalah menggiurkan melainkan
menjadi tiket terbaik dalam menuntaskan peperangan kita di dunia yang fana ini,
yaitu janji Allah untuk memasukan orang yang berilmu dalam SurgaNya. Nabi
bersabda “Barangsiapa giat menuntut ilmu, maka dimudahkan oleh Allah jalan
menuju surga.” Janji surga yang akan diberikan kepada penuntut ilmu telah
mendorong banyak ilmuwan Muslim untuk terus mencari ilmu tanpa kenal lelah dan
puas, karena memandang ilmu sebagai perjuangan dan ibadah pada Tuhannya.
Mari terus BerFastabiqul Khairat!!!