Kamis, 06 April 2017

Senantiasa Bahagia dan Kaya

Saudara-saudari sekalian, Allah sebagai Tuhan kita tidak akan pernah sekecil atau setitikpun lengah terhadap hambaNya. kasih sayangnya akan selalu menyertai kita karena hanya Allah lah sang Ar-Rahman dan Ar-Rahim.

Maka bersyukurlah selalu, Islam telah datang kepada kita, Islam telah kita peluk baik itu sudah dari keturunan kita ataupun diberikan hidayah untuk memilih Islam sebagai agama dan keyakinan sepenuh hati.

Salah satu kedatangan agama ini ialah memberikan kabar gembira, oleh karenanya sosok junjungan kita yaitu Nabi Muhammad saw adalah sosok baik, yang kehadirannya membasuh panas atau luka, memberikan kesejukan terhadap siapa saja, dan yang terpenting mengarahkan pada kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan yang hakiki yaitu hanya kepada Allah swt.

Nabi Muhammad sendiri bersabda dari riwayat Ad-Dhailami yang artinya "Kebahagiaan yang paling bahagia ialah panjang umur di dalam ketaatan pada Allah swt"

Benarlah sabda Nabi tersebut, karena hamba Allah yang senantiasa mendekatkan dirinya atau taat kepada Allah pastilah dalam segala situasi baik suka dan duka selalu mengutamakan Allah di atas apapun, sehingga di dalam keadaan yang sangat terpuruk pun hamba tersebut hanya akan menangis, berpeluh diri, berkeluh kesah ataupun curhat hanya pada Allah yang maha Terpercaya dan janjinya pasti, maka tiada rasa kecewa melainkan obat diri dari masalah tersebut, karena hamba itu yakin bahwa Allah yang menghendaki hidupnya, yang memberinya cobaan dan yang mengangkat cobaan itu.

Seperti firman Allah swt dalam penggalan surath Al-Baqarah ayat terakhir yaitu

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

yang artinya "Allah tidak akan memberi cobaan kepada hambanya kecuali hamba itu menyanggupi."

Maka di saat dirinya terpuruk tetap dalam ketaatan, apalagi di saat bahagianya, hamba itu tahu bahwa kebahagiaan juga merupakan cobaan. jika tidak taat, hamba itu bisa salah dalam menyalurkan kebahagiaannya, mudah goyah, foya-foya atau hal-hal yang jauh daripada pedoman agama.

Mengingat ayat Allah tersebut maka hamba itu tahu dan bahagia tetap pada koridor yang Islami yaitu bersyukur dan merayakannya dengan perbuatan baik seperti kelebihan rejekinya digunakan untuk membantu yang kurang mampu, menghibur saudaranya yang sedih, memberi kepada yang meminta pertolongan dan lainnya.

Karena Nabi Muhammad bersabda "Kekayaan bukanlah melalui banyaknya harta, melainkan hati yang selalu merasa cukup" HR. Bukhari dan Muslim.

Kecukupan bahagia adalah bagaimana hati selalu puas dalam rasa syukur, karena niscaya sekalipun manusia diberikan satu gunung emas yang besar, tanpa hati yang penuh rasa syukur, manusia itu hanya akan menginginkan gunung emas kedua dan seterusnya, dan kekayaannya bukan mencukupkan melainkan semakin memperbudaknya dari nafsu haus dan lapar akan harta yang fana itu.

Manusia yang tidak taat akan selalu dalam tekanan kekhawatiran rezeki sehingga resah bila rezekinya seolah direbut orang lain, hilang atau bahkan tidak disediakan. Maka hal ini yang membuat penyakit hati bagi manusia tersebut, hamba Allah yang taat seperti Imam Syafi'i berkata "Aku yakin bahwa jatah rezekiku tidak akan diambil orang lain, maka hatikupun selalu tenang karenannya"

Ucapan Imam Syafi'i ini didasari keyakinan dan ketaatannya pada Allah dan nabi Muhammad, bahwa bahagia, rezeki, dan kehidupan yang selamat baik dunia dan akhirat itu semata hanya bisa didapatkan jika hati hanya diisi dengan keimanan pada Allah swt, Nabi Muhammad dan Islam itu sendiri.

Maka cukuplah Allah di hati hamba Allah yang taat itu, kesadaran itu jelas karena apapun yang mau di isi di hati baik seluruh jagat raya ini tidak akan pernah cukup, karena jagat raya ini hanyalah ciptaan Allah, artinya apa yang diciptakan tidaklah lebih luar biasa dibandingkan dengan sang pencipta itu sendiri.

Hanya dengan ketaatan pada Allah yang membuat hati kita tentram, Allah telah mengingatkan itu pada kita melalui firmannya dalam surath Ar-Ra'd ayat 28

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."

Kaya menjadi patokan bahagia manusia, namun bagi hamba Allah yang taat kaya itu bukan kekayaan harta. karena harta bukan kebahagiaan sejati, harta hanya benda semu yang ceoat atau lambat akan pergi dari hamba Allah, karena harta tidak kekal abadi, kembali Imam Syafi'i mengungkapkan tentang kaya dan bahagia sejati melalui ucapannya
"Bila engkau adalah pemilik hati yang ridha dan selalu merasa cukup dengan pembagian Allah (Qana'ah), maka engkau adalah orang kaya"

Karena hamba Allah sadae bahwa bahagia dan kaya yang sebenarnya adalah kekayaan yang abadi dan kebahagiaan yang kekal, di dunia ini atau bahkan di akhirat itu, tiada yang kekal abadi kecuali Allah swt. Maka bahagia dan kaya hanya bila kita menuju pada Tuhan, Allah swt.

Semoga dengan ini bisa menguatkan kita selalu dan penuh keyakinan sebagai hamba Allah yang taat, senantiasa bersama Allah, bahagia dan kaya karena Allah, Aamiin.

Billahi Fi sabilil Haq, Fastabiqul Khairat