Di sebuah malam gelap, di kala semua
mata terpejam, kesunyian yang menyergap, kosongnya tiap jalanan hanya ditemani
oleh beberapa lampu redup yang usang dan jalan becek serta hanya suara langkah
kakiku sendiri. Sudah tiga kali berturut-turut aku pulang selarut ini, lebih
tepatnya selalu di atas pukul satu dini hari ya ini karena aku mahasiswi yang
sedang menjadi panitia dalam festival tahunan kampus dan ini baru selesai dalam
rapat untuk persiapan rangkaian acara-acara yang bakal kami lakukan nantinya.
Tak hanya itu, sebulan yang lalu aku
pernah mendengar kabar angin yang menghinggapi kampus begitupula kabar-kabar
yang kudapati dijalanan biasa aku nongkrong ataupun santai-santai bareng
teman-temanku, sudah santer di telinga semua penduduk setempat. Padahal bisa dibilang daerah tempatku tinggal
dan kampusku sendiri adalah daerah yang terbilang rawan kriminalitas karena
banyaknya daerah sepi, gelap dan berandalan yang berada di daerah ini.
Salah
satu berita terhangat yang sedang ku-update
kali ini ialah ada beberapa kasus seperti sebuah kejahatan terencana yang
ternyata berakhir dengan aksi heroik misterius, ya ada ibu-ibu yang pernah
melintas dijalanan tepat di kondisi yang sama seperti aku pada dini hari
ke-tiga kalinya aku melakukan ini, yaitu munculnya seorang pemuda ramah dengan
penampilan rapi yang muncul dihadapan ibu itu sambil menyapa ramah, tentunya
hal tersebut akan sangat tidak biasa berhubung terjadi di dini hari mencekam di
tempat semengerikan itu
Pemuda itu mengajak ibu-ibu itu untuk
melewati jalan sepi itu bersama, tak pernah berada dalam kondisi tersebut
tentunya membuat sang ibu tidak tahu harus apa dan akhirnya pasrah mengikuti
instruksi pemuda itu, saat beberapa langkah berikutnya mereka berjalan bersama
sang pemuda dengan perangai ramahnya tersenyum simpul entah mengapa itu bisa
membuat sang ibu tenang seolah sudah dalam hipnotis, tap ternyata di saat itu
pula muncul sekelompok pemuda lainnya dengan perwakan tak jelas, berantakan dan
membawa senjata ya tentunya para berandalan yang berbahaya. Saat itu sang
pemuda tetap tenang menemani ibu-ibu itu yang sudah memucat karena tengah
bersiap nyawanya terancam, lalu di belakang ibu tersebut muncul gerombolan
lain, mereka tak hanya laki-laki, namun juga wanita, anak-anak hingga
orang-orang tua yang jumlanya emoat kali lipat dari jumlah berandalan sehingga
sekejap daerah itu seumpama pasar saking banyak orang-orang itu.
Aku takkan pernah percaya hingga saat di
tengah lamunanku ini aku di sergap oleh pemuda yang menatapku tajam dan
sebagian berwajah mengerikan, aku sudah tak tahu lagi harus apa, bahkan untuk
memucat seperti ibu dalam kabar yang tengah hangat itupun aku tak sempat.
Mereka berlima, dua diantaranya telah mencengkram tanganku, hingga aku kesakitan
tiga lainnya mendekat, oh tidak mereka mulai merabaku hingga aku hanya bisa
terpejam, teriakpun takkan ada hasilnya karena jalanan ini kosong tanpa rumah
dan tempat apapun. Namun beberapa saat kemudian entah aku tak lagi mersakan
apa-apa, mereka ternyata sudah lari dariku, dan tak kusangka di balik gelap itu
muncul sesosok pria yang seperti di cerita, ia muda, ramah, berkulit coklat
berpakaian rapi atau bisa dibilang stylish
dan berkaca mata tebal.
Tentunya seperti seorang mahasiswa
sebaya diriku, dan pasti saat bertemu dengan orang seperti itu sebagai wanita
sungguh menarik, memang tak terlalu tampan tapi ia keren dari segala sisi, yang
pasti keberadaanya secara singkat takkan membuat perasaan ini dalam keadaan
bahaya. Tapi keadaan ini mengejutkanku kenapa pria seperti dia sanggup membuat
berandalan itu lari terbirit-birit. Aku tak menyadari sekelilingku hingga aku
perhatikan lagi di tengah kepasrahanku akan diperkosa tadinya ternyata seperti
di cerita lagi, sudah ada banyak orang disekelilingku, seperti sulap tempat itu
menjadi begitu ramai dan menenangkanku dari semua ketakutanku di malam gelap
itu. Apalagi senyum simpul dari wajah pemuda ini, matanya menjadi sipit di saat
tersenyum, pipinya cukup tembem untuk seorang laki-laki dan itu cukup imut
sehingga mampu membuatku terpesona karena tak kusangka para gerombolan ini
benar-benar ada, dan wow dia tipeku banget ya walau tentunya tak lucu berbicara
cinta dalam keadaan dimana aku baru saja hampir diperkosa sebelumnya. Masih
dengan senyum simupul yang memikat itu lalu ia berkata lembut.
“sudah ketiga kalinya nona anda dalam
situasi seperti ini, jangan diulangi ya mari aku antar, sudah tak ada yang
perlu dikhawatirkan lagi, dan tenanglah kami para gerombolan bukan berandalan”.
Saat itu aku tahu itu ucapan ramah
biasa, namun bisa kau bayangkan bila itu diucapkan oleh pria yang itu tipe kamu
banget dan setelah aksi heroiknya dalam menyelamatkan kita?
Pastinya itu keren
banget dan sanggup membuatku hanya tersipu dan benar-benar hilang semua
ketakutanku kecuali tersipunya aku didampingi pangeran hingga aku dapat kembali
pulang dengan selamat. Aku tak tahu siapa dia, dan mereka semua tapi mereka
seolah terorganisir, selain menolongku dan ibu-ibu sebelumnya mereka dikenal
turut membantu dalam menolong anak-anak jalanan, pengemis, pemulung hingga
membuat preman-preman terusir di wilayah ini. Sepertinya mereka sebanyak itu
karena ada bagian dari orang-orang yang diselamatkan itu. Bagiku tidak melihat
dari rasa sukaku padanya tapi kesungguhan terdalam, mereka adalah orang-orang
baik, pahalawan sebenarnya yang tak melakukan kebaikan demi pencitraan ataupun
di upah. Mereka luar biasa.
“kamu siapa?”. Ucapku lirih bahkan
berucap terima kasih saja aku tak mampu, namun saat itu ia segera menyambut
ucapanku kembali dengan senyumannya yang memikat seraya berbalik dan menjawab
“kami adalah G! G untuk gerombolan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar