Jumat, 05 Juni 2015

KATAM & AUM “Seharusnya” Potensi Bagi Muhammadiyah




   KATAM “Kartu Anggota Muhammadiyah” atau bisa pula singkatan dari “Kartu Tabungan Muslimin”. Dalam leafleat-nya KATAM didefinisikan sebagai berikut.

“ KATAM akan menjadi persaudaraan jutaan umat Islam melalui jaringan ekonomi suatu struktur yang menyatukan potensi umat baik sebagai konsumen atau produsen

Secara bersama-sama atau sebagian umat akan dapat melakukan transaksi internal maupun eksternal dengan pelaku ekonomi yang lain. Kelebihannya adalah KATAM akan membuat umat memiliki kekuatan ekonomi nyata dengan daya tawar yang dahsyat

 Dengan KATAM umat bukan lagi sekedar pasar yang gampang tereksploitasi, tapi akan menjadi pelaku dan kekuatan ekonomi nyata yang disegani”.

    Dari leafleat tadi KATAM merupakan rencana dasar dalam menggalang potensi Ekonomi Muhammadiyah dari anggotannya, Muhammadiyah yang memiliki anggota sangat besar, sepertinya masih bbelum terbilang selayaknya besar anggota sesuai klaimnya dan apalagi potensi yang telah tersalurkannya. Bayangkan jika harga satu kartunya Rp. 50.000,00 saja maka jika baru satu juta saja yang membelinnya, Muhammadiyah telah mendapatkan dana sebesar Rp. 50 Milyar. Dana tersebut dapat disimpan di Bank dan Muhammadiyah bisa memperoleh dana tabungan dan sebagai lembaga diintermediasi dapat menyalurkannya kepada masyarakat sebagai kredit. Sebaliknya dengan kartu keanggotaanyang telah dimiliki , Muhammadiyah juga dapat memberi manfaat kepada pemilik kartu keanggotaan karena keanggotaannya di Muhammadiyah melalui KATAM tersebut.

   Bayangkan dengan segala amal usaha Muhammadiyah dari berbagai bidang, dikenal masyarakat luas dan umum tidak hanya bagi kalangan Muhammadiyah saja konsumennya serta pastinya menghasilkan dana yang begitu besar sudah seharusnya mampu menyokong seluruh lapisan Ortom Muhammadiyah baik yang berada di pusat maupun ranting yang berada dipedalaman atau yang minoritas sekalipun untuk Muhammadiyahnya. Di tambah dengan adanya potensi lain yanga terdapat dari pengumpulan dana di KATAM ini, kekayaan yang ada pada Muhammadiyah seharusnya benar-benar dapat maksimal terutama jika kita flashback kembali dan mengklaim diri sebagai salah satu Ortom dengan jumlah anggota terbesar di negara yang termasuk sebagai lima besar jumlah populasinya terbanyak di dunia ini.

   Realitas yang ada tidak seperti demikian, contohnya saja di IMM Ciputat sendiri yang masih menggunakan berbagai cara mandiri untuk mendapatkan dana di setiap kegiatannya yang sekalipun memang meminta bantuan pada anggota Muhammadiyah itu cenderung hanya personal dan bukan atas nama Muhammadiyah secara keseluruhan alias bukan murni bantuan Muhammadiyah secara langsung. Begitupula dengan Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga menggunkana usaha mandiri untuk pengumpulan dana demi menjaga eksistensinya sebagai pergerakan silat yang diperhitungkan di universitas tersebut. Belum lagi di luar sana sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berada di dekat pusat kepengurusan sendiri saja masih begitu memprihatinkan apalagi bila kita amati diberbagai tempat lain di seluruh wilayah negri kita tercinta ini yang ada Muhammadiyahnya.

   Dan biasa disindir oleh banyak orang misalnya dengan ungkapan “Sekolah Laskar Pelangi”. Semoga bukan hanya karena bangunannya yang menyedihkan tetapi juga karena murid-muridnya yang luar biasa seperti dalam cerita. Yang seperti itu harusnya dapat disadari semua lapisan anggota Muhammadiyah baik dari yang tertinggi hingga yang terendah sekalipun, mengingat dari segala potensi yang telah diumbar sebelumnya seharusnya mustahil Muhammadiyah itu miskin atau tidak memiliki apa-apa. Ini menjadi pukulan telak bila kita tengok kemandirian dan hebatnya Ahmadiyah, yang walau di serang sana-sini dan selalu tidak dalam keadaan yang aman namun mampu berdiri sendiridan bertahan hingga saat ini walau di tengah pergolakandan intimidasi dari luar. Ahmadiyah memiliki dana yang memadai dan tidak sedikit padahal mengingat dirinya adalah minoritas yang di anak tirikan di negara ini, justru sebagai minoritas yang dimusuhi beberapa pihak tidak jelas dan tak bertanggung jawab. 

   Ahmadiyah dapat membantu sesama dan tidak sedikit baktinya untuk negri termasuk salah satunya bantuan untuk korban Tsunami Aceh sekalipun tidak di ekspos media.
 Padahal Ahmadiyah hanya mewajibkan bagi para anggotanya infaq gaji masing-masing anggota sebesar seper enam belas tergantung dari besarnya gaji sendiri-sendiri, tetapi karena pergerakan positif dan mandiri Ahmadiyah sesungguhnya yang cenderung tidak dilihatkan namun menyentuh secara nyata lingkungan sekitarnya maka akhirnya banyak pula simpatisan yang membantu Ahmadiyah dari segala spek dan akhirnya mampu bertahan dalam berbagai pergelutan hingga saat ini. Ada rasa kagum kepada mereka dan menimbulkan rasa malu dari diri sendiri pada Muhammadiyah.

   Seharusnya” menjadi keuntungan bagi Muhammadiyah sendiri. Jangan sampai Teologi Al-Ma’un itu hanya menjadi pajangan masa lalu yang hilang saat ini.
klaimnya Muhammadiyah itu Go International, memiliki kerja sama dengan perusahaan besar dan ternama baik dalam dan luar negri. Memiliki banyak intelek kontemporer dan modern yang sudah tak diragukan lagi kemampuan dalam tiap bidangnya, setidaknya para ahlinya saja di bidang ekonomi harusnya dapat memaksimalkan segalannya dan memberi solusi untuk dapat memberdayakan seluruh potensi yang “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar