KATAM “Kartu Anggota Muhammadiyah” atau bisa pula singkatan
dari “Kartu Tabungan Muslimin”. Dalam leafleat-nya
KATAM didefinisikan sebagai berikut.
“ KATAM akan menjadi
persaudaraan jutaan umat Islam melalui jaringan ekonomi suatu struktur yang
menyatukan potensi umat baik sebagai konsumen atau produsen
Secara bersama-sama
atau sebagian umat akan dapat melakukan transaksi internal maupun eksternal dengan
pelaku ekonomi yang lain. Kelebihannya adalah KATAM akan membuat umat memiliki
kekuatan ekonomi nyata dengan daya tawar yang dahsyat
Dengan KATAM umat
bukan lagi sekedar pasar yang gampang tereksploitasi, tapi akan menjadi pelaku
dan kekuatan ekonomi nyata yang disegani”.
Dari leafleat tadi
KATAM merupakan rencana dasar dalam menggalang potensi Ekonomi Muhammadiyah
dari anggotannya, Muhammadiyah yang memiliki anggota sangat besar, sepertinya
masih bbelum terbilang selayaknya besar anggota sesuai klaimnya dan apalagi
potensi yang telah tersalurkannya. Bayangkan jika harga satu kartunya Rp.
50.000,00 saja maka jika baru satu juta saja yang membelinnya, Muhammadiyah
telah mendapatkan dana sebesar Rp. 50 Milyar. Dana tersebut dapat disimpan di
Bank dan Muhammadiyah bisa memperoleh dana tabungan dan sebagai lembaga
diintermediasi dapat menyalurkannya kepada masyarakat sebagai kredit. Sebaliknya
dengan kartu keanggotaanyang telah dimiliki , Muhammadiyah juga dapat memberi
manfaat kepada pemilik kartu keanggotaan karena keanggotaannya di Muhammadiyah
melalui KATAM tersebut.
Bayangkan dengan segala amal usaha Muhammadiyah dari
berbagai bidang, dikenal masyarakat luas dan umum tidak hanya bagi kalangan
Muhammadiyah saja konsumennya serta pastinya menghasilkan dana yang begitu
besar sudah seharusnya mampu menyokong seluruh lapisan Ortom Muhammadiyah baik
yang berada di pusat maupun ranting yang berada dipedalaman atau yang minoritas
sekalipun untuk Muhammadiyahnya. Di tambah dengan adanya potensi lain yanga
terdapat dari pengumpulan dana di KATAM ini, kekayaan yang ada pada
Muhammadiyah seharusnya benar-benar dapat maksimal terutama jika kita flashback kembali dan mengklaim diri
sebagai salah satu Ortom dengan jumlah anggota terbesar di negara yang termasuk
sebagai lima besar jumlah populasinya terbanyak di dunia ini.
Realitas yang ada tidak seperti demikian, contohnya saja di
IMM Ciputat sendiri yang masih menggunakan berbagai cara mandiri untuk
mendapatkan dana di setiap kegiatannya yang sekalipun memang meminta bantuan
pada anggota Muhammadiyah itu cenderung hanya personal dan bukan atas nama
Muhammadiyah secara keseluruhan alias bukan murni bantuan Muhammadiyah secara
langsung. Begitupula dengan Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang berada di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga menggunkana usaha mandiri untuk
pengumpulan dana demi menjaga eksistensinya sebagai pergerakan silat yang
diperhitungkan di universitas tersebut. Belum lagi di luar sana sekolah-sekolah
Muhammadiyah yang berada di dekat pusat kepengurusan sendiri saja masih begitu
memprihatinkan apalagi bila kita amati diberbagai tempat lain di seluruh
wilayah negri kita tercinta ini yang ada Muhammadiyahnya.
Dan biasa disindir oleh banyak orang misalnya dengan
ungkapan “Sekolah Laskar Pelangi”. Semoga
bukan hanya karena bangunannya yang menyedihkan tetapi juga karena
murid-muridnya yang luar biasa seperti dalam cerita. Yang seperti itu harusnya
dapat disadari semua lapisan anggota Muhammadiyah baik dari yang tertinggi
hingga yang terendah sekalipun, mengingat dari segala potensi yang telah
diumbar sebelumnya seharusnya mustahil Muhammadiyah itu miskin atau tidak
memiliki apa-apa. Ini menjadi pukulan telak bila kita tengok kemandirian dan
hebatnya Ahmadiyah, yang walau di serang sana-sini dan selalu tidak dalam
keadaan yang aman namun mampu berdiri sendiridan bertahan hingga saat ini walau
di tengah pergolakandan intimidasi dari luar. Ahmadiyah memiliki dana yang
memadai dan tidak sedikit padahal mengingat dirinya adalah minoritas yang di
anak tirikan di negara ini, justru sebagai minoritas yang dimusuhi beberapa
pihak tidak jelas dan tak bertanggung jawab.
Ahmadiyah dapat membantu sesama
dan tidak sedikit baktinya untuk negri termasuk salah satunya bantuan untuk
korban Tsunami Aceh sekalipun tidak di ekspos media.
Padahal Ahmadiyah
hanya mewajibkan bagi para anggotanya infaq gaji masing-masing anggota sebesar
seper enam belas tergantung dari besarnya gaji sendiri-sendiri, tetapi karena
pergerakan positif dan mandiri Ahmadiyah sesungguhnya yang cenderung tidak
dilihatkan namun menyentuh secara nyata lingkungan sekitarnya maka akhirnya
banyak pula simpatisan yang membantu Ahmadiyah dari segala spek dan akhirnya
mampu bertahan dalam berbagai pergelutan hingga saat ini. Ada rasa kagum kepada
mereka dan menimbulkan rasa malu dari diri sendiri pada Muhammadiyah.
Seharusnya”
menjadi keuntungan bagi Muhammadiyah sendiri. Jangan sampai Teologi Al-Ma’un
itu hanya menjadi pajangan masa lalu yang hilang saat ini.
klaimnya Muhammadiyah itu Go International, memiliki
kerja sama dengan perusahaan besar dan ternama baik dalam dan luar negri. Memiliki
banyak intelek kontemporer dan modern yang sudah tak diragukan lagi kemampuan
dalam tiap bidangnya, setidaknya para ahlinya saja di bidang ekonomi harusnya
dapat memaksimalkan segalannya dan memberi solusi untuk dapat memberdayakan
seluruh potensi yang “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar