Selasa, 22 November 2016

Eric Abidal, Thariq Ibn Ziyadnya Sepak Bola

Eric Abidal pernah merasakan luar biasanya bermain bola bersama pasukan Barcelona, salah satu klub asal Catalan yang masyhur di dunia. Klub yang tidak diragukan kualitas dan sejarahnya ini pernah menjadi pelabuhan paling berarti bagi publik Muslim dunia khususnya Eropa dan Abidal sendiri.

Catalan di kenal dengan militansi kuat terhadap agama Nasrani, tidak seperti bagian Spanyol di Cordoba dan Sevilla yang kuat pengaruh Islam dan peninggalan-peninggalannya, Catalan sangat minim umat Muslim, sehingga hampir di sudut jalan lebih banyak gereja di bandingkan pertokoan.

Abidal adalah wajah baru dan sosok yang baik ahklak sehingga menjadi representasi Muslim bagi penduduk Catalan, Abidal banyak membeli bangunan seperti ruko atau gedung-gedung serbaguna untuk dijadikan Musholla dan fasilitas umat Islam di sana, sehingga tidak harus pergi ke daerah lain yang ada masjid atau harus setiap jumatan menyiapkan lapangan dan periizinan yang sulit hanya untuk shalat 2 rakaat saja.

Selain akhlaknya yang baik, abidal dicintai publik sepakbola karena kepiawaiannya dalam bermain bola. Tak khayal sikapnya yang baik di dalam dan di luar dapat menyentuh hati siapapun yang mengenalnya.

Begitulah saat ia didiagnosa mendapatkan kanker hati, dunia sepakbola turut berduka atas musibah yang ditimpanya, namun itu tak membuat Abidal berhenti dalam memperjuangkan umat Islam di catalan untuk dapat beribadah dengan mudah, donasi yang ia lakukan tidak berhenti walau dirinya kepayahan dalam pengobatan dirinya sendiri.

Sikapnya yang khusnul adab sampai membuat rekan setimnya saat itu seperti Xavi Hernandes rela bila hatinya didonorkan padanya, tapi tentu saja Abidal menolaknya. Rasa kepedulian datang tak hanya dari rekan setim, para fans Barcelona atau penduduk Catalan baik yang Muslim dan Non Muslim, bahkan rival bebuyutan Barcelona yaitu Real Madridpun memberi bantuan untuk Abidal, skuad Real Madrid saat itu seperti Casillas dan Sergio Ramospun turut hadir dan akrab menyemangati Abidal.

Saat penyakitnya dengan izin Allah berangsur membaik, dirinya kembali bermain di hadapan publik Camp Nou, markas kebesaran Barcelona yang mampu menampung lebih dari 100.000 penonton itu.

Haru dan tangis bahagia hadir dari seluruh saksi mata yang ada di sana, bahkan bagi mereka yang menyaksikannya melalui layar kaca. Kembalinya Abidal menjadi sebuah pelipur rindu sosok pemain bola hebat dan manusia yang baik sikapnya di mata siapa saja.

Seperti yang disampaikan Gus Dur, orang tidak akan memandang agamamu, tapi orang akan memandang jika dirimu baik.

Abidal telah menjadi sosok pendakwah dan bintang sepakbola bagi siapapun yang mengenalnya.

Jika Thoriq Ibn Ziyad datang ke Spanyol sebagai penakluk dan membuat daratan Spanyol menjadi negri Muslim, Wric Abidal pun melakukan apa yang dilakukan Thoriq dengan cara kekinian. Sikap baiknya yang membuat siapa saja jatuh hati padanya.

Seperti ucap Nabi, Abidalpun mempraktekannya. Yaitu sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya

Senin, 14 November 2016

Patok Keyakinan dari Sumbernya Guys!

Mematok pemikiran orang masa kini sebagai rujukan hidup?

Kamu berpikir itu kekinian sehingga tokoh-tokoh penulis,motivator atau ustadz televisi yang tak jelas juntrungan pendidikannya dan keagamaannya hanya karena sekedar pandai merakit tulisan dan kata-kata yang bagus kau jadikan pedoman dan tuntunan.

Sudah lupakah dengan kitab sucimu? Ajaran-ajaran dari Nabi? Kitab-kitab keilmuan dan keagamaan karya pejuang intelektual agamis dahulu yang ratusan tahun hingga kini menjadi rujukan akademisi?

Agama jauh lebih baik dan cerdas menanggapi kehidupan yang kekinian sekalipun.

Kebebasan kehendak sangat dijunjung, toleransi, dan perkembangan dalam aturan-aturan pun tersaji lengkap didalamnya.

Agama membawamu terbebas dari kekolotan, keterbelakangan pemikiran dan sama sekali tak memenjarakan tingkah lakumu!

Kalau beragama, maka berpedomanlah pada agamamu, bukan kata orang, tulisan orang, pencitraan orang. Tak cukupkah kitab suci, Nabi, sahabat-sahabat salehnya, tokoh-tokoh pembawa peradaban yang menggunakan agama sebagai kekuatan revolusinya?

Ingat, Manusia di sebut manusia karena akalnya, bukan jasadnya. Kalau badan hanya sekedar badan, binatangpun berbadan, tumbuhanpun demikian, benda matipun sama.

#goodness
#fastabiqulkhairat

Islam itu Cinta dan Kasih

Sebagai agama, Islam di sebut sebagai agama cinta kasih karena aspek Esoterisme (spiritualitas Islam atau tasawuf). Islam tak pernah kurang dalam mempromosikan cinta antara hubungan manusia dengan Tuhan terutama penekanan pada privasi antara masing-masing pihak.

Pada perkembangan Islam klasik juga diupayakan terus Islam sebagai agama cinta dengan aspek keindahan di dalam unsur Tuhan (Jamal) dibandingkan aspek yang dahsyat atau kerasnya (Jalal)

Sehingga Islam selalu datang pada pemeluknya maupun yang non Islam dengan pesan damai dan tak ada ancaman atau pesan yang membawa ketakutan.

Namun sayangnya pada masa belakangan ini kaum Muslim seperti lupa dengan sisi esoteris agama mereka dalam hubungan percintaan sang hamba pada Tuhannya, tak jarang sesama Islam saling menghujat atau bahkan mengutuk dan mengkafirkan saudara seagamanya sendiri dan sangat alergi dengan yang berbeda agama.

Serta sangat mengumbar kegiatan agamanya, menjadi amalan publik atau alat komersial belaka. Jadilah Islam saat ini dan penganutnya sebagai suatu agama yang justru berorientasi pada aspek eksoterisnya saja (syariah, hukum dalam arti sempit. Kulit luarnya saja/simbolis)

Namun kering akan orientasi cinta.

Reflection

Proses itu Ibadah

Agama selalu memberi penghargaan tanpa memandang siapa anda. Sederhananya setiap pelaku ibadah akan diberikan ganjaran pahala dari proses yang dilakukannya. Biasanya semakin sulit prosesnya maka semakin besar pahala yang dijanjikan Tuhan.

Tak jauh berbeda dengan konsep orang yang cukup berusaha tanpa memeluk agama atau keyakinan tertentu. Mereka sadar untuk mencapai target atau kesuksesan yang mereka butuhkan adalah usaha atau prosesnya, bukan hasilnya. Karena hasil akan ada atas usaha yang ia perjuangkan saja.

Hal itu juga yang sebenarnya ditekankan dalam agama manapun, bahwa yang terpenting dalam ibadah bagi seorang hamba yang mengabdi adalah prosesnya, bukan hasil. Sebab hasil adalah hak absolut Tuhan, terkait pahala atau dosa yang hambaNya dapatkan.

Karena dengan berhenti membayangkan hasil atau balasan, maka seorang hamba akan beribadah atau berproses secara tulus dan ikhlas.

Mulailah berproses atas segala perbaikan yang dapat anda upayakan, jangan pikirkan ganjarannya karena dalam ibadah anda tak perlu imbalan. Jika anda berharap imbalan saat ibadah, maka secara tidak langsung hal tersebut menjadi kerja, mau melakukan karena di gaji.

Jangan Mengejek Keyakinan

Alkisah

Ada seseorang mengejek sesuatu yang berbau teologis di hadapan seseorang yang lewat didepannya.
"bagaimana mungkin Tuhan punya anak, dan di salib begitu mengenaskan. Lucu sekali."

Orang yang melintas di hadapannya itu tersenyum kecil dan membalas ucapan si pengejek itu dengan lembut.
"Lalu sejak kapan Tuhan menikah sehingga ia memiliki kekasih seorang pria di jazirah Arab, bukankah itu lebih lucu dan aneh?"

Jika anda setuju Tuhan tidak beranak dan diperanakan, maka tak perlulah menghina keyakinan orang lain yang anda sendiri tidak mendalami. Karena anda pasti akan sangat marah jika Rasul yang sebagai kekasih Allah di sindir oleh pihak agama lain dengan ungkapan yang tak jauh berbeda yaitu Tuhan tidak menikah dan dinikahi jadi bagaimana ia memiliki kekasih?

Padahal jelas Yesus sebagai anak Tuhan bukan artian biologis namun pensakralan istilah bahwa ia utusan Allah, begitupula dengan Muhammad sebagai kekasih bukan secara ia adalah suami atau istri melainkan bentuk pensakralan istilah bahwa ia juga utusan Allah.

Mari saling mengasihi, perbedaan adalah berkah terindah.

#renungan
#ahad
#berkat
#fastabiqulkhairat