Minggu, 22 Januari 2017

Sunath yang Berkembang II

Masih soal Sunath yang berevolusi.

Budaya memanah atau pebih tepatnya menembak. Adalah budaya yang wajar di Barat. Di Timur Tengah untuk kaum radikalis atau yang di landa perang hanya karena beda berapa kali harusnya sholat wajib dalam satu hari.

terkhusus di Amerika, negara federal yang merupakan negara bagian ini memiliki lebih dari 50 negara bagian, negara bagian ini anggap saja seperti DIY Yogyakarta di Indonesia.

yang berarti setiap negara bagian memilki kultur berbeda termasuk dalam peraruran daerahnya. Tapi soal budaya menembak, hampir semuanya sama.

Seperti Alfamart dan Indomaret yang banyaknya seperti jumlah becek yang ada di Jakarta, Toko senjata di Amerika seperti itu juga, di setiap toko senjata terdapat sekolah atau kursus menembak, yang tentu saja sama banyak seperti kios penjual obat kuat di pinggir jalan yang ada di Jabodetabek.

Menembak atau latihan menembak adalah hal murah di sana, setidaknya murah karena jumlah masyarakat yang sejahtera atau berduit cukup banyak dan dikhususkan untuk warga sipil. Bukan hanya untuk kalangan militer, ini lebih seperti Wajib Militer bagi semua orang sekalipun boyband atau girlband selama dia berkewarganegaraan Korsel.

Ya memiliki senjata di dalam rumah adalah hal biasa bagi warga Amerika atau warga imigran Amerika, seolah mereka telah bersiap bila Zombie mulai menginvasi Amerika.

Walau regulasinya ketat, seperti berkendara. saking resminya, kamu bisa memiliki lisensi resmi seperti Surat Izin Mengemudi.

Tipe senjata api kecil itu seperti SIM kendaraan roda dua, senjata api sedang itu SIM kendaraan roda empat dan senjata api kelas berat itu juga seperti SIM kendaraan berat atau mungkin lisensi mengendarai kapal atau pilot pesawat terbang.

Well, jumlah pemerkosaan dan kekerasaan jalanan di sana juga tidak jauh berbeda seperti di Palestina atau Suriah. Contoh kecilnya di bagian Chicago di mana sesama orang kulit hitam bisa saling membunuh hanya karena berbeda warna bendera saja. Like you see in GTA San Andreas, hanya saja itu tidak di dalam Video Game.

Tidak terlalu terlihat, wajar karena luas Amerika berpuluh-puluh kalilipat daripada Palestina, Israel atau Syuriah bila digabungkan ketiganya sekaligus. Mereka lebih fokus pada berita propaganda yang bisa kalian nikmati lewat TV Satellite, Film layar lebar mereka di Bioskop atau menontonnya secara Ilegal dengan WIFI curian juga.

Memanah dan menembak jauh berbeda, skill dan ketangkasan merakit senjata, beban senjata, fungsi senjata tembak jarak dekat, jauh, teknologi, efisiensi, ledakan ataupun daya rusaknya tidak ada di memanah.

Sebesar apapun panahmu, kamu bisa di bunuh seketika hanya dengan hand gun kecil berpeluru hanya beberapa milimeter saja, kalah cepat, kalah kuat dan kalah segalanya.

Dan untuk bisa menembak secara nyata, di Negara kita perlu ongkos 100-200 ribu Rupiah hanya untuk soft gun, dan akan lebih mahal untuk senjata sungguhan. Itu baru harga pulau Jawa, belum harga pulau lain yang bisa berkalilipat seperti di Kalimantan apalagi Papua.

Jangankan menembak, biaya memanahpun juga tidak murah kecuali kamu punya "Orang dalem". Well memang semuanya perlu modal.

satu tentara Amerika dengan senjata lengkap saja menghabiskan setidaknya 17.000 Dolar Amerika dalam invasi di Afghanistan satu dekade lalu yang pasti anda ketahui tragedi dan akhir yang kelam untuk Sadam Husein, wajar bila biaya berlatih senjata itu mahal. Karena senjata, perang atau kedamaian dunia itu "All about Economy."

So, jika kamu mampu maka memanahlah, tapi jika kamu kaya maka jangan hanya memanah, belajar juga senjata yang sesungguhnya, belajar bela diri dan menjadi pemberani. Ini bukan ajakan untuk menjadi teroris tapi sebagai Muslim, menjadi kuat dan kaya adalah hal yang harus di junjung. Karena fondasi agama akan lebih kuat dengan dipenuhi orang-orangnya yang kaya dan kuat dari segala aspeknya.

Ya hal itu sangat perlu, karena musuh kita bukan hanya berasal dari mereka kaum yang menolak keimanan pada Muhammad ataupun Tuhan yang mengutus beliau. Bahkan mereka yang menyebut dirinya Muslimpun juga bisa menjadi musuh bagi Muslim lainnya, kaya dari berbagai aspek sangat perlu. Untuk menangkal adu domba atau perlawanan intelektual dari musuh maupun perlawanan fisik dari mereka.

Kita boleh memanah, tapi jangan sampai beranggapan memanah itu cukup. Karena itu sunath Nabi, saya yakin jika Nabi Muhammad hidup di zaman sekarang. Bunyi Hadisnya bukan lagi "Memanah" tapi "Menembak".

Ya karena Hawk Eye hanya ada di film, Muhammad Al-Fatih atau di kenal juga Sultan Mehmed II saja membuktikannya. Kalau beliau tidak mungkin menaklukan Konstatinopel atau Romawi Timur jika tanpa meriam atau penemuan bubuk mesiunya, tentu saja benteng Konstatinopel akan tetap kokoh jika Al-Fatihh hanya menyerangnya dengan busur panah.

itulah sunath Nabi, kalau di amalkan jangankan satu orang, satu negara saja bisa jadi negara adidaya.

Kita juga bisa, di mulai dari diri sendiri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar