Seperti halnya judul di atas, jilbab sendirinya bukan
perintah manusia apalagi saya pribadi, melainkan apa yang di bawa dalam agama
Islam atau jika kita bisa katakan secara tidak langsung itu adalah perintah
Allah pada kaum hawa. Ya, mari kita telaah lebih lanjut sendirinya mengapa
jilbab secara rasional digunakan? Jilbab merupakan budaya timur tengah yang
sejak dulu telah ada baik masa sebelum tibanya Islam, namun para wanita pada
zaman tersebut menggunakannya tidaklah sesuai, ada sebagian yang tetap
memperlihatkan rambutnya, adapula yang memperlihatkan belahan dada atau
perhiasan yang bergelantungan di leher. Dalam hal ini sebagai agama yang
menyempurnakan ahlak, islam datang dengan memberi sebuah suruhan bagi kaum hawa
untuk berjilbab dengan menutupi bagian dada itu. Mengapa?
Tentunya untuk menghindari fitnah, terjadinya tindakan asusila, pamer harta atau tubuh pada khalayak ibarat pelacur yang mempromosikan diri untuk dipakai pria-pria hidung belang yang beruang dan haus akan nafsu seksualnya. Dalam beberapa hal masih banyak lagi yang dapat diunggulkan bagi para wanita yang benar-benar menutup aurat. Jika alasan gerah dan sumpek menjadi alibi para pemakai jilbab abal-abal, sungguh mereka tak berpikir dengan otaknya bila demikian. Bukankah mereka para kaum hawa cenderung lebih merawat tubuhnya, maka benarlah islam ketika menyuruh wanita menutup aurat sehingga terhindar dari panas menyengat matahari yang berlebih, sentuhan-sentuhan dan ataupun polusi yang mencemarkan dan kotor sehingga bisa merusak kulit atau bagian lain bila sang wanita berbusana terbuka.
Setelah Indonesia yang disebut sebagai kiblat fashion hijab, sehingga booming lah hijab atau jilbab menjadi tren tersendiri yang menjangkiti kaum hawa baik yang sudah berjilbab awalnya atau yang tidak sama sekali. Dengan adanya fashion hijab ini benarlah saya dukung karena kekereatifitasannya dalam kreasi berbusana muslimah yang tak harus polos terus-menerus, namun lama kelamaan, ini merosot sehingga bermunculan mereka para pemakai jilbab ketat, yang tetap memaerkan tubuh mereka atau bahkan yang mengenakan jilbab bak rambut pada umumnya, menghiasai kepala mereka dengan berbagai aksesoris bahkan perhiasan begitupun make up yang tebal tak terlekkan.
Mereka yang berislam secara dewasa mengetahui itu tidaklah tepat dilakukan, namun karena lebih terpengaruhi oleh lautan tren dan kurangnya kesadaran untuk menggali lebih lanjut khazanah keislaman wanita yang begitu istimewa itu sendir, maka bukannya berkurang tapi justru makin marak dan terus ada dari kalangan paling tua sampai yang masih kanak-kanak sekalipun.
Tuntunan itu telah hilang, bukan sebagai sebuah hal yang
mereka lakukan sebagai ketundukan pada perintah Allah namun untuk mendapatkan
perhatian lebih dari kaum adam. Padahal islam tidaklah posesif pada wanita,
namun wanitalah yang tidak peka pada betapa mengistimewakannya islam pada
wanita itu sendiri.
Pernahkah anda menemui fiqih pria? Adakah surath Ar-Rijal dalam Al-Qur’an? Dan tahukah anda bahwa Adam merasa jenuh di surga dalam kesendirian dan tahukah anda apa yang dapat membuatnya bahagia? Karena ditibakannya hawa oleh Allah swt. Maka wahai ukhti engkau itu lebih indah dari surga maka jagalah kemuliaan engkau dan jadikan jilbab itu sebagai tuntunan dan mengenakannya karena ketundukan engkau pada Allah swt bukan untuk tontonan semua pria. Billahi fi sabilil haq, fastabikul khairat!
Pernahkah anda menemui fiqih pria? Adakah surath Ar-Rijal dalam Al-Qur’an? Dan tahukah anda bahwa Adam merasa jenuh di surga dalam kesendirian dan tahukah anda apa yang dapat membuatnya bahagia? Karena ditibakannya hawa oleh Allah swt. Maka wahai ukhti engkau itu lebih indah dari surga maka jagalah kemuliaan engkau dan jadikan jilbab itu sebagai tuntunan dan mengenakannya karena ketundukan engkau pada Allah swt bukan untuk tontonan semua pria. Billahi fi sabilil haq, fastabikul khairat!
F.F.Jun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar