Selasa, 21 April 2015

Jilbab Tuntunan atau Tontonan?

   Awalnya saya bangga jika Indonesia disebut-sebut sebagai kiblat fashion hijab dunia, tentunya yang namanya menjadi nomor satu pastinya patut dibanggakan sekali apalagi bila itu berhubungan dengan Indonesia bisa diperingkat teratas pada sesuatu hal. Dan inilah kenyataan semu yang belakangan saya sadari bahwa hal itu tak lagi membanggakan saya.

  Seperti halnya judul di atas, jilbab sendirinya bukan perintah manusia apalagi saya pribadi, melainkan apa yang di bawa dalam agama Islam atau jika kita bisa katakan secara tidak langsung itu adalah perintah Allah pada kaum hawa. Ya, mari kita telaah lebih lanjut sendirinya mengapa jilbab secara rasional digunakan? Jilbab merupakan budaya timur tengah yang sejak dulu telah ada baik masa sebelum tibanya Islam, namun para wanita pada zaman tersebut menggunakannya tidaklah sesuai, ada sebagian yang tetap memperlihatkan rambutnya, adapula yang memperlihatkan belahan dada atau perhiasan yang bergelantungan di leher. Dalam hal ini sebagai agama yang menyempurnakan ahlak, islam datang dengan memberi sebuah suruhan bagi kaum hawa untuk berjilbab dengan menutupi bagian dada itu. Mengapa?

  Tentunya untuk menghindari fitnah, terjadinya tindakan asusila, pamer harta atau tubuh pada khalayak ibarat pelacur yang mempromosikan diri untuk dipakai pria-pria hidung belang yang beruang dan haus akan nafsu seksualnya. Dalam beberapa hal masih banyak lagi yang dapat diunggulkan bagi para wanita yang benar-benar menutup aurat. Jika alasan gerah dan sumpek menjadi alibi para pemakai jilbab abal-abal, sungguh mereka tak berpikir dengan otaknya bila demikian. Bukankah mereka para kaum hawa cenderung lebih merawat tubuhnya, maka benarlah islam ketika menyuruh wanita menutup aurat sehingga terhindar dari panas menyengat matahari yang berlebih, sentuhan-sentuhan dan ataupun polusi yang mencemarkan dan kotor sehingga bisa merusak kulit atau bagian lain bila sang wanita berbusana terbuka.

  Setelah Indonesia yang disebut sebagai kiblat fashion hijab, sehingga booming lah hijab atau jilbab menjadi tren tersendiri yang menjangkiti kaum hawa baik yang sudah berjilbab awalnya atau yang tidak sama sekali. Dengan adanya fashion hijab ini benarlah saya dukung karena kekereatifitasannya dalam kreasi berbusana muslimah yang tak harus polos terus-menerus, namun lama kelamaan, ini merosot sehingga bermunculan mereka para pemakai jilbab ketat, yang tetap memaerkan tubuh mereka atau bahkan yang mengenakan jilbab bak rambut pada umumnya, menghiasai kepala mereka dengan berbagai aksesoris bahkan perhiasan begitupun make up yang tebal tak terlekkan.

  Mereka yang berislam secara dewasa mengetahui itu tidaklah tepat dilakukan, namun karena lebih terpengaruhi oleh lautan tren dan kurangnya kesadaran untuk menggali lebih lanjut khazanah keislaman wanita yang begitu istimewa itu sendir, maka bukannya berkurang tapi justru makin marak dan terus ada dari kalangan paling tua sampai yang masih kanak-kanak sekalipun.
Tuntunan itu telah hilang, bukan sebagai sebuah hal yang mereka lakukan sebagai ketundukan pada perintah Allah namun untuk mendapatkan perhatian lebih dari kaum adam. Padahal islam tidaklah posesif pada wanita, namun wanitalah yang tidak peka pada betapa mengistimewakannya islam pada wanita itu sendiri.

  Pernahkah anda menemui fiqih pria? Adakah surath Ar-Rijal dalam Al-Qur’an? Dan tahukah anda bahwa Adam merasa jenuh di surga dalam kesendirian dan tahukah anda apa yang dapat membuatnya bahagia? Karena ditibakannya hawa oleh Allah swt. Maka wahai ukhti engkau itu lebih indah dari surga maka jagalah kemuliaan engkau dan jadikan jilbab itu sebagai tuntunan dan mengenakannya karena ketundukan engkau pada Allah swt bukan untuk tontonan semua pria. Billahi fi sabilil haq, fastabikul khairat!
F.F.Jun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar